Bulan Yang Dirindukan
Ramadhan. Mendengar
namanya saja, hati jadi bergetar. Ibadah kita akan dilipatgandakan
oleh Allah. Belum lagi, bayangan nikmatnya berkumpul bersama
keluarga, berlomba-lomba dalam kebaikan, dan indahnya sahur
serta berbuka tak pernah seindah dibandingkan pada bulan Ramadhan.
Marhaban yaa Ramadhan.
1. Bulan penuh berkah,
ampunan, dan rahmat.
Pada bulan ini,
masyarakat Muslim berlomba-lomba melakukan ibadah dan kebaikan yang
sebanyak-banyaknya. Berpuasa sebulan penuh dengan sukacita dan
empati, serta turut merasakan ketidakberuntungan masyarakat di
berbagai belahan dunia yang masih menganggap mewahnya makan nasi setiap
hari. Menahan hawa nafsu karena setan telah dibelenggu.
Jika kita tetap melakukan maksiat, itu asalnya dari diri kita
sendiri. Jangan salahkan setan!
Tarawih setiap
malam jadi agenda wajib selepas berbuka. Tahajud, meminta ampunan
dari Allah, dan berkomunikasi dengan intim kepada Sang Pencipta
sebelum bersantap sahur menjadi ringan. Tadarus Al-Qur'an
selepas shalat lima waktu dengan target untuk khatam dalam Ramadhan
kali ini. Bersedekah lebih sering dari bulan-bulan
sebelumnya. Mengejar Lailatur Qadr pada sepuluh malam terakhir.
Beri'tikaf di masjid untuk merenungi segala dosa dan khilaf yang telah
dilakukan. Dalam hati ini pun, berjanji untuk terus melakukan semua
ibadah dan kebaikan ini setelah Ramadhan telah usai.
2. TV dan media
dihiasi dengan hal yang menyejukkan.
Cerita pada iklan sirup,
minuman, margarin, bumbu penyedap, provider telekomunikasi, dan masih banyak
lagi, menjadi sarat makna dan moril demi menyongsong hari
kemenangan. Postingan di berbagai media sosial pun menjadi penuh kebaikan.
Presenter dan pembawa acara menutupi auratnya dan berbicara dengan santun
ketika membawakan suatu program.
Pejabat dan
petinggi berlomba-lomba mengucapkan selamat berbuka/ hari
kemenangan demi mendapat simpati masyarakat? Semoga
bukan. Sinetron-sinetron sarat dengan aroma Ramadhan. Apapun
bentuknya, ini adalah langkah positif yang mestinya kita hargai dan
syukuri.
3. Banyaknya
undangan berbuka puasa.
Momen bulan Ramadhan
membuat acara berbuka bersama menjadi agenda wajib yang
tidak terlewatkan. Mulai dari teman SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, bahkan
keluarga sendiri. Mulai dari menentukan tanggal (agar tidak bentrok dengan jadwal
buka bersama dengan komunitas lain) sampai menentukan
tempat, jadi hal-hal yang tidak terpisahkan pada momen ini.
Tak pelak,
hal ini sekaligus menjadikan buka bersama sebagai ajang reuni
kecil-kecilan. Selepas buka bersama, biasanya dilanjutkan dengan
jalan-jalan, karaoke, atau lainnya. Tarawih dan agenda rutin
tadarus selepas tarawih menjadi terlewatkan karena sudah lama tak
bertemu dengan teman lama. Dalam hati ini pun, kembali berjanji
akan mengganti ibadah yang terlewat setelah pulang buka
bersama. Sampai rumah, zzzzzzzzzz… Lalu tidur terlelap. Ckckck!
4. Keluarga
menjadi satu.
Nikmat mana lagi yang bisa
diingkari selain berkumpulnya seluruh keluarga besar kita? Beribadah
bersama, bersenda gurau, pergi ke tempat wisata, ngantri kamar mandi (ups), menyiapkan buka dan sahur
bersama, menyiapkan hari kemenangan bersama-sama, bersilaturahmi ke keluarga
besar lainnya, bermaaf-maafan, membagikan sangu kepada keponakan (glek), dan sejenak melupakan penatnya
dunia dengan berbagi cerita tentang kehidupan.
Seberapa
suksesnya seseorang, keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali.
Merekalah yang mendampingi dari kita kecil, mengiringi perjalanan hidup,
sampai masalah jodoh. Sesibuk apapun dan sejauh apapun tempat kita
bekerja, semua hal diupayakan agar dapat mudik dan bertemu dengan
keluarga di kampung halaman. Antrian transportasi yang mengular
sampai menginap di stasiun dilakukan demi terwujudnya cita-cita
berkumpul bersama keluarga tercinta.
5. Tradisi-tradisi
saat Ramadhan.
Tak lengkap rasanya bila Idul Fitri
tidak ada ketupat, santap sahur tanpa sahur keliling, dan hal lainnya
yang membuat kita semakin rindu. Lain daerah, lain pula
tradisinya. Misalnya, ada tradisi Nyorog khas
Betawi untuk menyambut bulan Ramadhan. Nyorog adalah kegiatan
membagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua. Ada
juga Padusan di daerah Jawa Tengah yang
mana masyarakat beramai-ramai untuk mandi atau berendam di
mata air untuk membersihkan jiwa dan raga yang akan
melakukan ibadah puasa, sehingga bersih secara lahir dan batin.
Berdirinya
pasar takjil yang hanya ada selama Ramadhan sampai kios-kios yang
menjual petasan dan kembang api yang juga hanya ada selama
Ramadhan. Masih banyak lagi tradisi lain dari berbagai daerah
di Indonesia. Ini menunjukkan betapa kayanya tradisi kita dalam menyambut
Ramadhan.
Komentar
Posting Komentar